Senin, 11 Maret 2013

kisah iblis manusia dan malaikat




Innama bu’itstu liutammima makarimal (shalihal) akhlaq.


Sesungguhnya aku diutus Tuhan untuk menyempurnakan kemuliaan (keshalihan) akhlak.


( Hadis shahih.Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Anas ibn Malik. Diriwayatkan Abu Hurairah yang dikeluarkan Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibn Sa’ad dalam Thabaqat, Hakim, Ahmad, Ibn Asakir dalam Tarikh Baqdad, Baihaqi dan Dailami. Diriwayatkan Anas ibn Malik yang dikeluarkan oleh Malik.)

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku (perilaku), tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak. (diambil dari Wikipedia).

Marilah kita  kembali meng kaji nya, kita mulai dari da tujuan awal ajaran Islam, yaitu tujuan di turunkannya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi.  Marilah kita kaji dari sini, dari hadist ini:

‘Sesungguhnya aku diutus Tuhan untuk menyempurnakan kemuliaan (keshalihan) akhlak’.

Sangat jelas sekali , bahwa diturunkannya Nabi Muhammad SAW adalah untuk memperbaiki (kualitas) akhlak manusia. Dan karenanya Agama Islam di turunkan ke muka bumi juga dimaksudkan untuk memperbaiki (kualitas) akhlak setiap manusia. Maka oleh karena itu,  apabila system pengajaran Islam di Indonesia ini,  belum menghasilkan perubahan (kualitas) akhlak  bagi umat nya secara signifikan. Sudah barang tentu dapat dipastikan bahwa ada yang salah dalam system pengajaran Islam di Indonesia itu sendiri.

Tujuan akhir   yang ingin dicapai oleh pengajaran Islam dengan syariat, tharekat, hakekat dan makrifat adalah (kesempurnaan) Akhlak.

Maka mejadi pertanyaan bagi kita bagi pengusung syariat ataupun hakekat, jika pengajaran mereka tidak menghasilkan akhlak yang baik. Masihkah kita perdebatkan essensinya ?. Pasti ada yang salah dengan system pengajaran itu jika hasilnya bukan kahlak yang baik. Percumah saja  jika kita belajar ilmu agama, belajar syariat, belajar hakekat, katam Al qur an bahkan hapal ribuanhadist, namun  perilaku kita tidak mencerminkan perilaku orang muslim. Perilaku kita tidak menjadi rahmat semesta alam. Kita masih saja korupsi, tingkah kita masih gahar menakuti umat lainnya. Dan sebagainya, dan sebagainya.

Hakikat, syariat, makrifat dan apalah namanya, selama masih dipandang sebagai ilmu, yang hanya di anggap semacam ilmu matematika, atau ilmu sosial, atau ilmu eksak lainnya, yang hanya sebatas di hapal oleh akal manusia maka sia-sia dapat dipastikan tidak akan menghasilkan akhlak sebagaimana yang diinginkan Islam.

Syariat adalah gerbang hakikat, hakikat adalah rumah makrifat, dan perilaku kita dimasyarakat, adalah berwujudan dari semua itu. Mengapakah akhlak umat muslim kemudian seperti sekarang ini. Mengapakah korupsi sebagai indikator kejujuran akhlak masih merajalela di negri yang mayoritas muslim ?.

Marilah kita coba merangkai, untuk menjelaskannya.

Jika manusia memiliki komoposisi  unsur atom  yang sama dengan makhluk lainnya. Lantas apakah yang membedakan binatang dan manusia. Apakah karena binatang tidak punya otak..?. Nyatanya semua binantang memiliki otak. Apakah binantang tidak punya perasaan ?. Ternyata semua binatang bahkan tanaman dapat menerima rangsang. Ilmu pengetahuan menemukan  air yang di bacakan doa menjadi bersusun teratur berbeda ketika di putarkan musik rock. Airpun ternyata memiliki perasaan (responsive). Apalagi tanaman atau binatang lainnya. Apakah binatang tidak punya akal ?. Ternyata binatang memiliki akal.

Bermacam-macam percobaan telah dilakukan untuk membuktikan apakah binatang memiliki akal atau tidak. Percobaan pada tikus, membuktikan ternyata tikus memiliki akal. Gurita pintar yang memprediksi pemenang piala sepak bola dunia, membuktikan bahwa binatang juga memiliki akal. Binatang ternyata juga memiliki rasa lapar, memiliki nafsu untuk berkembang biak. Memiliki ego untuk berkuasa, singa misalnya akan selalu mengawasi wilayah  territorial kekuasaannya. Dia akan menyerang hewan lain yang memasuki wilayahnya. Inilah bukti binatang ternyata juga memiliki nafsu berkuasa (Tahta). Binatang juga memiliki ketertarikan kepada lawan jenisnya, sering berebutan untuk mendapatkannya  (Wanita). Lalu apalagi..?.

Kalau begitu apakah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. ?.

(Al Hijr :28-29), “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan  telah meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.

[QS. Al baqoroh 31], “”Dan Dia telah mengajarkan Nabi Adam, akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Ia berfirman: “Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar””.

[QS. Al baqoroh 32], “Malaikat itu menjawab: “Maha suci Engkau (Ya Allah)! Kami tidak mempunyai pengetahuan selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau jualah yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana”.

[QS. Al baqoroh 33], “Allah berfirman: “Wahai Adam! Terangkanlah nama benda-benda ini semua kepada mereka”. Maka setelah Nabi Adam menerangkan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: “Bukankah Aku telah katakan kepada kamu, bahwasanya Aku mengetahui segala rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”.

[QS. Al baqoroh 34], “ Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat: “Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam”. Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir.”

Nah, perhatikanlah, rangkaian ayat tersebut. Secara tersirat mengambarkan kepada kita ada suatu Entitas di luar system ketubuhan manusia yang di tiupkan oleh  Allah dan kemudian Entitas tersebut  diajari oleh Allah sendiri. (Entitas yang di tiupkan tersebut, Allah menyebutnya ruh-KU). Dalam rangkaian ayat berikutnya dijelaskan lagi dan semakin memperjelas lagi adanya suatu proses belajar dan mengajar kepada Entitas tersebut. Entitas tersebut kemudian diajari nama-nama benda berikut kegunaannya. Lha..Jangan kita presepsikan proses ini sebagaimana kita belajar di kelas sekolah. Waduh..yang mengajari adalah Dzat yang Maha Cerdas, Tuhan semesta Alam, jadi jangan di tanya bagaimana kejadiannya. Setelah selesai proses belajar, perhatikan dengan seksama. Bagaimana kesudahannya, Ketika Entitas (Adam) tersebut di uji oleh Allah untuk mempresentasikan hasil pembelajarannya kepada audience para malaikat dan para Jin. Ternyata Entitas tersebut (Adam) mampu mempresentasikan dengan baik hasil pembelajarannya.  Sangat mengesankan bukan ?.

Ternyata begitu luar biasanya manusia, setelah di tiupkanNya ruh-KU,  manusia kemudian mampu dan sanggup menerima pengajaran Allah secara langsung. Menerima pengajaran khusus dari Tuhannya. Sehingga karena sebab kemampuannya itulah, seluruh makhluk kemudian di perintahkan Nya untuk sujud menghormati manusia. Menghormat (sujud) kepada Entitas yang mampu belajar dan diajar. Yaitu Entitas yang sanggup menerima pengajaran Allah secara langsung. Dimana, diceritakan bahkan gunung-gunung pun tak sanggup,  akan hancur lebur bilamana menerima pengajaran Allah (Al qur’an) tersebut. Entitas inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Meskipun banyak makhluk lainnya yang memiliki instrument ketubuhan yang hampir sama.  Namun hanya manusialah yang sanggup menerima pengajaran (Al qur an) dari  Allah. Apakah ada makhluk lainnya yang mampu diajari Allah secara langsung, selain manusia ?.

Iblis tidak mampu melihat ini. Iblis tidak mampu melihat adanya Entitas lain dalam diri manusia. Entitas yang membedakan manusia dengan mahkluk lainnya. Iblis di bakar atas nafsunya, kecemburuannya. Iblis tak mampu melihat hakekatnya, dan Iblispun ter cover (kafir), terhijab atas kenyataan di depan matanya. Iblis berada dalam kesombongannya Maka Iblis telah kafir. Iblis tidak mampu melihat adanya Entitas luar biasa yang berada dalam diri manusia. Karenanya, Iblis tidak mau menghormat (sujud)  kepada manusia. Iblis telah membantah perintah Tuhannya.

Bukankah manusia benar-benar telah di muliakan Allah dalam hal ini. Maka sungguh menyedihkan jika manusia sendiri tidak sadar akan hal ini. Sungguh memprihatinkan jika manusia tidak mampu melihat kelebihan dirinya atas makhluk lainnya. Sungguh kasihan jika manusia tidak mampu mengenali jika Entitas yang menjadikan manusia di muliakan  tersebut ada dalam dirinya. Telah inherens dalam dirinya. Sungguh bukankah kalau begitu, manusia itu juga telah ter cover. Manusia itu  ter hijab. Manusia itu menjadi kafir atas ulahnya sendiri. (Sebagaimana Iblis yang tidak mampu mengenali Entitas ini yang berada dalam diri manusia.)

Jika manusia tidak mengenal dirinya maka manusia sulit mengenal Tuhannya. Dan jika manusia tidak mengenal Tuhannya maka manusia tidak mungkin akan kenal siapa dirinya. Jika manusia tidak kenal dirinya, maka siapakah yang akan mau meninggikan namanya diantara makhluk lainnya. Bilakah kita belajar dari proses penciptaan manusia diatas. Saat mana malaikatpun sujud kepada Adam (manusia), karena keberhasilan Adam mengikuti proses belajar dan mengajar dalam kelas Allah.

Bilakah kita juga tidak belajar kepada kisah  Iblis ?. Bagaimana Iblis tercover tidak mampu melihat entitas ruh-KU pada diri manusia. Iblis tidak mau mengenal diri manusia lebih dalam lagi, kepada siapakah dirinya sebenaranya harus sujud. Iblis tidak mampu melihat hakekat seperti halnya malaikat, yaitu hakekat , “…Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan  telah meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Al Hijr :-29). Perhatikanlah rangkaian kalimat ayat tersebut, jika Allah telah menyempurnakan kejadian, dan jika telah ditiupkan ruh-KU, jelas sekali bahwa Malaikat (hakekatnya) sujud kepada ruh-KU yang ditiupkan. Bukan kepada Adamnya sendiri sebagai makhluk yang terbuat dari tanah.

Maka dengan memahami ini, pertentangan trilogy Iblis-Manusia-Malaikat sebagaimana yang dihantarkan dalam 3 kaijan sebelumnya, mudah-mudahan dapat dipahami dengan lebih bijak lagi.

Dan seperti apakah ruh-KU yang ditiupkan kepada manusia itu, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al Isra, 85)

Manusia banyak yang tidak mau belajar mengenal dirinya, sebagaimana juga Iblis enggan mengenal hakekat manusia. Iblis sombong mengangap remeh manusia. Begitu halnya  juga manusia menganggap remeh dirinya sendiri. Tidak mau mengenal ruh-KU yang ada pada dirinya. Bagaimana manusia tidak terhijab ?. Wolohualam

Inilah yang menjadi matarantai (menurut penulis) yang menjadi sebab kegagalan pengajaran Islam di Indonesia khususnya, manusia tidak mengenal dirinya sendiri, sehingga manusia gagal mencapai martabatnya sebagai manusia muslim sebagaimana yang diisyaratkan Al qur an. Pengajaran syariat, tharekat, hekekat, dan makrifat masih sebatas kajian saja, belum menyentuh laku dan perilaku manusianya. Maka seperti sekarang ini tampilan umat Islam Indonesia. Dan semoga Allah memberikan hidayah untuk bangsa ini, agar mampu lepas dari semua ini. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More